The Chronicles of Audy: 02
Orizuka
Penerbit Haru
978-602-7742-86-4
Cetakan pertama, Juni 2016
364 halaman
Rp 71.000
"Keluarga memang lebih baik saat berkumpul. Tapi walaupun tidak berkumpul, keluarga tetap keluarga."
Menjadi bagian dari masa depan seorang remaja berumur 17 tahun, apa yang akan kamu lakukan?
Berkat perkataan Romeo saat pernikah Regan-Maura berlangsung mengakibatkan Rex tiba-tiba saja mengatakan masa depannya berubah. Di masa depannya kelak akan ada Audy, lebih tepatnya, ia sedang melamar seorang Audy Nagisa!
Bukan sampai disitu saja, Romeo yang terbiasa membuat suasana menjadi riang, kini memiliki masalah tanpa ingin berbagi setelah ia sukses membuat Audy harus menjauhi rumah 4R karena ia menyatakan perasaannya.
Tetapi misi sebenarnya adalah, bagaimana membuat Rex-Rafael saling bergantung sama lain, karena mereka saling membutuhkan tapi tampak tak perduli?
Apa yang akan Audy lakukan dengan semua masalah itu?!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sampailah di perhentian terakhir dengan 4R1A *masih nggak rela*.
Demi apapun Kak Rizka berhasil bikin penutup yang gila-gue-harus-ngomong-apa. Karena walaupun biasa aja, tetapi kalo pembaca yang sudah ngikutin perjalanan 4R1A dari awal sampai nunggu setiap tahun, itu seakan terbayar lunas ketika baca buku terakhir ini.
Masih dengan Rex dan Audy tentang percintaan mereka yang absurd abis, kali ini perjalanan cinta mereka diiringi dengan pernyataan cinta dari Romeo. Uuuwww... Walau bukan pernyataan secara langsung tetapi itu adalah penutupan luar biasa dari buku sebelumnya yang bikin rasanya aku gondokkan nungguin buku ke empat untuk tahu segala jawabannya.
Aku nggak tahu maunya Mas Ro ini apa, diri ini tidak tahu, yang jelas kelemahan Romeo dalam buku sebelumnya nggak ada apa-apanya sama di buku terakhir ini yang dijelasin setuntas-tuntasnya! Romeo sampai insomnia malah butuh obat tidur, tapi dia nggak mau nunjukin itu ke orang lain, kalau sebenarnya dia ada masalah sama batinnya sendiri. Bukan berarti gila... lebih tepatnya dia susah untuk mengikhlaskan sesuatu, hingga perang batin deh.
Pembukaan yang manis di halaman awal rasanya makin nggak sanggup kehilangan. Apalagi kalau ingat-ingat ini adalah buku terakhir. Jadi ada rasa nggak mau baca buku ini cepat-cepat tapi juga penasaran gimana kelanjutannya. Dan akhirnya aku deh yang perang batin karena lanjut-ngga-lanjut-ngga hehe.
"Itu karena aku nggak merasa ada yang salah dengan hubungan kami," kata Rex lagi, "Dia boleh nggak menyukaiku dan aku nggak akan memaksanya untuk berubah pikiran."
Masih ingat dengan Rex yang akan berangkat ke Amerika? Mungkin di buku sebelumnya, Audy galau kayak remaja gitu dan ngga dapat apa-apa dari kegalauanya. Tetapi di sini Audy mengalami perubahan, menjadi seperti-mario-teguh-sedikit. Dia lebih bijaksana dan tahu segala keputusan yang bakal ia ambil. Walaupun masih cemburu ala anak abege, tetep aja Ajeng ngga ada apa-apanya sama Audy!
Dan Maura, sang malaikat tanpa kekurangan... Ternyata kekurangannya dia baru ditunjukkan di sini juga.
Dan semakin kerasa banget, kalo semua tokoh memang dibuat seakan-akan nyata *rasanya dirini ingin menangis*.
Ngomong-ngomong ada kejadian yang aku bener-bener larut dalam suasana yang terjadi, seperti rentetan film saat ngebayangin. Disaat 4R1A beserta Maura ngeliat cuplikan video waktu Rex lahir sampai ulangtahun yang ke-lima. Rasanya perasaan dicampur adukkan dalam suasana ini. Mau nangis, tapi senyum waktu ngebayangin Rex kecil, khawatir juga pas pertama kali Rex sakit, dan yang terakhir terenyuh banget waktu Regan sama Romeo bilang, mereka bakal jagain Rex padahal mereka suka cuek bebek sama adiknya itu. Sedangkan Rafael yang nggak tahu apa-apa tapi dia fokus banget nontonin videonya, dan ini makin buat aku mau nangis...
Nggak ada kekurangan dalam cerita, footnote sudah oke. Cuman, antara Maura dan Rafael nggak ditunjukkan kalo mereka sudah akrab. Hanya melalui cerita dari Romeo kalau Maura-Rafael sedang melakukan sesuatu bersama, tetapi nggak dipandangan Audy. Sampai di akhir pun nggak ada percakapan fisik yang menunjukkan kalo mereka sudah akrab -banget-.
Terakhir, aku banyak nemuin amanat dalam cerita ini. Dari mulai buku yang pertama sampai yang ke empat sekarang, rasanya setiap permasalahan yang terjadi punya amanatnya masing-masing yang diriku bingung untuk menuliskan yang mana hehe. Tapi, aku akan mengutip dari perkataan Audy yang menurutku sudah menjelaskan tentang 4R1A dan... jujur, aku masih satu hati dengan tokoh idolaku, Mas Ro yang susah mengikhlaskan. Diriku belum rela harus berpisah dengan mereka!
"Seperti oksigen, keluarga ada di sekitarmu, di setiap tarikan napasmu, mengalir dalam darahmu. Walaupun kamu nggak selalu bisa lihat, tapi kamu tahu keluarga selalu ada bersama kamu. Ya kan?"
No comments:
Post a Comment