Keretakkan 4R Dalam "The Chronicles of Audy: 4/4" || Book Review

Sunday, June 19, 2016

The Chronicles of Audy: 4/4
Orizuka
Penerbit Haru
978-602-7742-53-6
Cetakan pertama, Juni 2015
Cetakan kedua, Juli 2015
314 halaman
Rp 59.000

“Aku memang tidak mau melihat 4R pergi. Namun, aku lebih tidak ingin melihat 4R tinggal tapi menderita."


Walaupun tidak lagi tinggal satu atap dengan 4R, tetapi Audy tidak bisa melupakan mereka begitu saja. Setiap pagi, ia harus menjemput Rafael untuk mengantarnya ke PAUD Ceria karena salah satu dari kakaknya tidak mungkin bisa melakukan hal itu. Jarak antara rumah dan kos-kosan terbilang cukup dekat. Regan sengaja memilihkannya untuk bisa mengunjungi rumah 4R setiap hari.

Semua berjalan normal, Romeo masih sibuk dengan deadline pekerjaannya, Regan sibuk dengan Maura, Rafael sibuk dengan kejeniusannya dan Rex sibuk dengan skripsi Audy.

Sampai akhirnya masalah pelik muncul kembali bertubi-tubi; Rafael dikeluarkan dari sekolah, Regan sibuk mempersiapkan pernikahannya, Rex melanjutkan studinya ke MIT, dan yang terakhir Romeo harus keluar dari zona nyamannya.

Berkat itu semua, mereka tercerai-berai dengan pikiran masing-masing, ditambah Regan membawa beban tidak hanya kepada 3R, tapi juga pada dirinya. Karena mereka harus pergi ke tempat yang lebih baik. Artinya, Audy harus merelakkan hidup jauh dari 4R.

Wow, dalam waktu sesingkat-singkatnya dan secepat-cepatnya, aku menyelesaikan novel 4/4 dan langsung membuat review-nya (berasa dikejar depkolektor).

Aku menutup buku ini tidak seperti seri sebelumnya, mau nangis terharu tapi kelihatannya itu memalukan. Aku dipermalukan sebuah novel, sial :( dan pertama kalinya endingnya sedikit... Gantung! Bukan, penasaran! Ah tau deh, pingin cepetan lanjut baca diriku bertanya-tanya....

Mengangkat masalah dari cerita sebelumnya, tentang “pernyataan cinta terhadap Audy Nagisa” yang belum selesai dan tidak akan selesai. Ternyata masalahnya lebih pelik daripada mengajarkan Rafael kesopanan.

Aku lupa mereview di awal seri, jadi cerita 'The Chronicles of Audy' ini setiap pembukaan bab baru munculnya bukan bab 1, bab 2, melainkan kayak outline skripsi --dan aku sendiri baru pertama kali ngeliat di novel ini.
Nah, di outline skripsi seri ke tiga ini beda sama yang terdahulu. Kalo yang dulu, selalu ngebahas tentang keluarga dan segala keluguan Audy, di seri ke tiga ini, pernyataan cinta terhadap Audy Nagisa sampai dia layak nggak buat salah satu dari 4R.

Ketebak dong, percintaan di sini tambah kental banget? Yap! Pasti akan mengira begitu, tapi salah besar deh. Kalo tokohnya romantis, mungkin bisa mendukung. Tapi ini sudah remaja, labil, dingin, jenius, cuek bebek, seketika aku ingin berkata ‘Audy bisa apa, Rex? BISA APA?!’

A: "Aku... salah satu orang yang nggak bisa ngerjain soal logaritma mudah itu."
R: "Tapi kamu satu-satunya orang yang pengin aku ajarin soal logaritma itu."

Rasanya diri ini mau menangis saja kalau ngeliat mereka berdua kelai karena cemburu sama nggak peka. Tapi mereka nggak pernah ngomong sefrontal gitu, aku geram sendiri bacanya. Kok ya bisa gitu nah, mba Rizka menciptakan dua tokoh ini untuk saling menyukai? Lucu sih, geli geli kalo ngeliat mereka udah adegan norak-versi-audy. Tapi juga sebel kalo sudah marahan, yang satu lempeng yang satunya lagi pasrah.
Tapi ngeliat respon pembaca yang lain, pada ngeship sama mereka berdua sih, memang cocok. Nggak mungkin kan Rafael yang sama Audy. Itu bakalan awkward kalo kata Rafael.

Untuk yang kali ini, di seri ketiga sudah mulai banyak memakai footnote, beberapa istilah yang ada di seri pertama juga masuk di dalam cerita ini dan diberi penjelasan, Alhamdulillah. Tapi, di sini malah muncul typo, nggak banyak sih, maklumin aja karena sudah tertutupi dengan cerita yang apik tenan!

Aku masih tetap pada pendirianku untuk mengidolakan Mas Ro. Sebelumnya aku sudah membeberkan sifatnyakan?
Nah kali ini aku mau kasih tau, kalo Romeo itu nggak sperti itu. Dia seperti banyak yang dibilang orang, kalo bahagia di luar belum tentu sama kayak yang dirasain.
Kurang lebih seperti itu. Dia banyak punya trauma, dan aku bener-bener ngerasa kalo Romeo ini nyata! Saking nyatanya, aku pingin peluk dia dan bilang, kalo dia juga masih punya fans kayak aku kok /plak.
Dan pas di akhir cerita. Wow, wow, wow, akan ada sesuatu yang membuat terkejut. Aku sendiri nggak sabar untuk lanjut ke seri ke empat. Karena Romeo mengibarkan bendera perang bung! Penasaran? Sama, diri ini juga.

Dan tepat di bagian akhir juga --bukan, dipertengahan asal mulanya-- Romeo adalah kesayangan para ibu.
Aku baca ini geli sendiri, kok bisa ibu-ibu. Tapi ya gitu, karena Romeo paling ramah dari 4R, pasti ibu-ibu tertujunya sama yang muka ceria ditambah ganteng kan, jadinya tertuju ke Romeo. Asli, humor aku memang receh. Tetapi cerita ini nggak recehan!

Mungkin dia bukan orang yang mampu memecahkan masalah, tetapi dia selalu menerima, selalu mencari alasan untuk menerima, selalu mencari cara untuk menerima semuanya, tanpa mengeluh.

Last but not least, kak Rizka memang nggak asal buat cerita. Memang bener-bener dipikirin! Aku sudah cukup salut dengan seri kedua dan tambah salut ke seri ketiga. Karena rasa penasaran ku --dan semua orang-- terbayarkan, Rex itu jenius, IQ-nya sendiri 152! Tetapi kenapa masih SMA?! Kenapa ngga ikutan akselerasi atau semacamnya?!

Di sini, kak Rizka bilang, melalui Rex, kalo dia malah sudah bisa lulus kuliah. Tetapi dia mau ngikutin cara orangtuanya, untuk bisa berbaur dengan teman-teman sebaya, tetapi itu sebenarnya nyiksa dia.
Dan disini aku baru paham, kenapa orang jenius itu susah bergaul, karena mereka butuh teman yang paham sama apa yang mereka bicarain (dan diriku anaknya lemot banget, pantesan ngga bisa punya temen kayak Rex /dor).

Rasanya novel ini juga mewakili perasaan anak jenius, kalo selamanya mereka nggak seperti yang dibangga-banggain banyak orang. Mereka susah buat berinteraksi apalagi nyari sekolah :’)

Kita mlipir ke seri terakhir, nggak sanggup harus berpisah... "The Chronicles of Audy: 02" masih bisa dilanjutin nggak? /plak.
Konsep ini begitu baru bagiku, tapi terasa nyaman dan hangat walaupun aku tahu aku akan kehilangan mereka.

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS